L’Oréal kembali menghadirkan program L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) di Indonesia sebagai wujud nyata dalam komitmen mendukung kontribusi perempuan peneliti untuk kemajuan Indonesia, didukung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia. Program ini telah konsisten memberikan penghargaan bagi perempuan peneliti Indonesia selama 22 tahun terakhir.
Baca Juga: Empat Perempuan Peneliti Raih Penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2024
Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia menyampaikan, “Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam sains dan matematis. Namun, kesenjangan masih terjadi, baik dalam kesempatan kerja, perbedaan gaji, maupun representasi di bidang STEM. Meningkatkan jumlah partisipasi perempuan dalam bidang sains bukan hanya persoalan kesetaraan, tetapi juga persoalan ekonomi. Karena, negara akan merugi jika tidak memanfaatkan potensi individu terbaik di bidangnya. Sejalan dengan inisiatif L’Oréal, kami juga berupaya memperkuat narasi pentingnya peran perempuan dalam penelitian dan inovasi; salah satunya melalui program ‘Science untuk Wanita dan Wanita untuk Science’ dan program di bawah Direktorat Diseminasi Sains dan Teknologi.”
Prof. Stella Christie juga menambahkan bahwa untuk dapat maju dan berkontribusi, perempuan perlu memiliki tiga hal penting: percaya diri, berani mengambil kesempatan sebanyak mungkin dan tidak mudah menyerah, serta melakukan apa yang mereka sukai dan menjadi diri sendiri.
Berdasarkan laporan UNESCO pada 2025, 43.5% peneliti di Indonesia adalah perempuan. Dukungan bagi perempuan peneliti untuk mencapai kesetaraan masih perlu dilanjutkan. Program FWIS memberikan penghargaan melalui pendanaan riset, membuka jejaring global, dan mendukung langkah perempuan peneliti untuk menghadirkan solusi terhadap permasalahan di sekitar mereka.
Benjamin Rachow, President Director L’Oréal Indonesia menyampaikan “Penelitian dan inovasi adalah hal yang sangat mendasar bagi L’Oréal. Dengan tujuan menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia, kami percaya sains dapat memberikan makna dan dampak positif bagi kehidupan; melalui inovasi produk hingga program yang bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Melalui program FWIS, kami mendukung para perempuan peneliti untuk menghadirkan sains yang berdampak, memberikan akses jaringan kolaborasi, dan juga memberikan ruang bagi mereka untuk bersinar. Karena dunia membutuhkan sains, dan sains membutuhkan perempuan.”
Selama lebih dari 22 tahun hadir di Indonesia, 79 perempuan peneliti telah mendapatkan dukungan untuk berkontribusi di berbagai bidang keilmuan sekaligus menciptakan multiplier effect yang menumbuhkan generasi baru ilmuwan perempuan di seluruh Indonesia. Tahun ini, 4 (empat) peneliti terpilih sebagai penerima FWIS 2025 yang masing-masing mendapatkan total dukungan pendanaan riset senilai Rp400.000.000, dan kesempatan berjejaring dengan komunitas perempuan peneliti terbesar di dunia.
Kolaborasi dan Kebermanfaatan, Dua Poin Penting L’Oréal–UNESCO For Women in Science 2025
Tahun ini, program FWIS mencatat peningkatan partisipasi sebesar lebih dari 2 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan ratusan proposal penelitian yang masuk dari berbagai universitas dan lembaga riset di seluruh Indonesia, dan 70% diantaranya adalah perempuan peneliti muda di bawah 40 tahun. Peningkatan tersebut mencerminkan semakin kuatnya minat dan kepercayaan diri perempuan Indonesia untuk berkontribusi melalui sains dan inovasi.
Selain itu, sebagian besar proposal riset yang diajukan berakar pada potensi lokal dan kekayaan hayati Indonesia, mulai dari pengembangan tanaman asli bernilai tinggi hingga inovasi pengelolaan limbah menjadi sumber daya berkelanjutan. Tren ini menegaskan bahwa sains memiliki peran penting sebagai fondasi kemajuan bangsa, sekaligus bukti bahwa semakin banyak ilmuwan perempuan Indonesia yang berani melangkah maju, memperluas kontribusi, dan memperkuat kolaborasi lintas institusi serta disiplin ilmu.
Prof. dr. Herawati Sudoyo, MD., Ph.D., Ketua Dewan Juri FWIS 2025 menyatakan, “FWIS adalah penghargaan yang tergolong prestisius dan dicari oleh pada perempuan peneliti, tidak hanya bagi para perempuan peneliti yang tergolong muda, tetapi juga yang sudah lebih lama menggeluti bidang penelitiannya. Tahun ini istimewa, karena terdapat hampir 150 pendaftar—terbesar dalam lima tahun terakhir—yang berasal dari Papua Barat, Sumatera, hingga Asia dan Eropa. Selain kebermanfaatan bagi bangsa, perempuan peneliti yang terpilih menunjukkan track record dan potensi kolaborasi; karena tanpa kolaborasi, penelitian hampir mustahil untuk terealisasi.”
Mayoritas proposal penelitian yang masuk berakar pada potensi lokal dan keanekaragaman hayati Indonesia, mulai dari pengembangan tanaman asli menjadi bahan aktif bernilai tinggi, hingga inovasi pengelolaan limbah menjadi sumber daya berkelanjutan. Para peneliti juga didorong untuk berkolaborasi; menggabungkan pendekatan multidisiplin, mengintegrasikan life science dengan material science dan teknologi mutakhir untuk menjawab persoalan yang nyata di masyarakat.
Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement, and Sustainability PT L’Oréal Indonesia juga menambahkan “Di dalam komunitas FWIS, kolaborasi antar peneliti bukan sekadar wacana, melainkan sudah menjadi budaya. Para alumni aktif membangun ruang diskusi, berbagi peluang penelitian, dan menjalin kemitraan lintas sektor, dari bidang life science hingga non-life science. Interaksi seperti inilah yang melahirkan ide-ide baru dan menjadikan penelitian lebih aplikatif serta berdampak. Melalui jaringan FWIS, para alumni FWIS menemukan banyak mitra potensial untuk berkolaborasi dan berkembang bersama lintas disiplin ilmu.”
Gagasan Empat Perempuan L’Oréal–UNESCO For Women in Science Wujudkan Sains yang Berdampak
Tahun ini, empat peneliti terpilih menjadi penerima FWIS 2025, menghadirkan penelitian yang berfokus pada solusi konkret dan inovatif untuk menjawab tantangan nyata di Indonesia, mulai dari bidang bioteknologi, kesehatan, dan keberlanjutan.
Dr. Maria Apriliani Gani
Pengembangan model seluler untuk terapi osteoporosis berbasis tanaman obat lokal
Dosen dan Peneliti di Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung ini mengembangkan model seluler yang meniru kondisi osteoporosis akibat stres oksidatif untuk mempercepat penemuan obat antiosteoporosis berbasis tanaman obat Indonesia. Pendekatan ini memungkinkan skrining kandidat obat yang dapat sekaligus menstimulasi pembentukan tulang dan menekan pengeroposan tulang, tanpa menggunakan animal testing. Akan bekerjasama dengan peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) untuk memperkuat aspek herbal medicine dan karakterisasi metabolit bioaktif dari tanaman obat lokal, riset ini berpotensi memperkuat saintifikasi jamu, mendukung transisi global menuju non-animal testing, serta meningkatkan kualitas hidup perempuan lanjut usia yang rentan terhadap osteoporosis.
Dr.rer.nat. Lutviasari Nuraini
Material implan mampu luruh berbasis paduan magnesium untuk regenerasi tulang.
Peneliti di Pusat Riset Metalurgi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan material paduan Magnesium–Zinc–Rare Earth Element (Mg–Zn–Nd) untuk aplikasi implan mampu luruh (biodegradable implant) yang dapat terurai secara alami setelah tulang pulih. Dengan menambahkan unsur logam tanah jarang Neodymium (Nd), riset ini bertujuan meningkatkan kekuatan mekanik dan mengendalikan laju degradasi magnesium agar implan tetap stabil selama proses penyembuhan. Penelitiannya berpotensi mendukung kemandirian produksi implan nasional dan hilirisasi sumber daya alam Indonesia. Melibatkan kolaborasi lintas disiplin antara peneliti BRIN dan akademisi universitas, inovasi ini diharapkan dapat diadopsi oleh industri implan nasional sehingga manfaat riset berkelanjutan ini dapat dirasakan langsung oleh para praktisi kesehatan dan masyarakat luas.
Anak Agung Dewi Megawati, Ph.D.
Terapi mRNA antivirus spektrum luas untuk penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa ini mengembangkan terapi berbasis mRNA inovatif yang dirancang sebagai antivirus bersifat broad-spectrum, mampu menargetkan tidak hanya virus dengue tetapi juga berbagai jenis virus lain yang ditularkan oleh nyamuk. Penelitian ini berpotensi menghasilkan platform terapiutik baru yang efektif terhadap berbagai virus, dan menjadi terobosan besar dalam pengendalian penyakit infeksi tropis. Selain dampak ilmiah, melalui kolaborasi riset dengan UC Davis ini diharapkan memperkuat kapasitas riset biomedis nasional serta menjadi langkah nyata dalam memberdayakan ilmuwan perempuan Indonesia untuk berkontribusi di panggung bioteknologi global.
Helen Julian, Ph.D.
Teknologi pengolahan limbah kelapa sawit menjadi sumber daya bernilai tinggi.
Dosen di Program Studi Teknik Kimia dan Teknik Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung ini mengembangkan sistem terpadu Membrane Photobioreactor–Nanofiltration (MPBR–NF) untuk mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent / POME) menjadi sumber daya bernilai tinggi. Melalui teknologi ini, mikroalga memanfaatkan senyawa dalam air limbah untuk tumbuh, menghasilkan biomassa yang dapat dikonversi menjadi produk bermanfaat seperti bioenergi dan bahan pangan, sekaligus meningkatkan kualitas air limbah. Penelitian ini dilakukan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan sejumlah universitas mitra internasional untuk memperkuat keahlian lintas disiplin dalam pengelolaan limbah industri. Didukung oleh program L’Oréal–UNESCO For Women in Science 2025, riset ini akan mengintegrasikan proses nanofiltrasi guna meningkatkan efisiensi pemulihan mikroalga dan pengolahan limbah secara berkelanjutan, sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular dan bio-based economy.
Hadir pada kesempatan yang sama, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, and ASEAN, His Excellency Fabien Penone, turut menyampaikan apresiasinya, “Prancis meyakini bahwa sains dan keberagaman berjalan beriringan. Melalui program For Women in Science yang telah berlangsung lebih dari 20 tahun di Indonesia, L’Oréal dan UNESCO telah mendukung banyak perempuan muda untuk mewujudkan mimpi mereka di dunia sains, menembus batas, dan menjadi pemimpin di bidangnya. Visi ini sejalan dengan prioritas diplomasi Prancis yang menempatkan kesetaraan gender sebagai fondasi bagi masyarakat yang adil, berkelanjutan, dan inklusif. Sebagai penutup, izinkan saya menyampaikan selamat yang tulus kepada seluruh penerima penghargaan, serta apresiasi mendalam kepada L’Oréal indonesia atas komitmen berkelanjutannya dalam mendukung kesetaraan gender, keunggulan ilmiah, dan kerja sama internasional”.
Sejak awal, L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) hadir lebih dari ajang penghargaan, tetapi juga sebagai wadah dukungan yang konkret. Melalui jejaring global yang kini mencakup lebih dari 4.700 ilmuwan perempuan di seluruh dunia, FWIS membuka kesempatan membangun jaringan hingga menjalin kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara bagi para peneliti Indonesia untuk memperluas wawasan dan dampak sepanjang karier mereka.
Lebih dari sekadar penghargaan, FWIS 2025 adalah wujud nyata dari pemberdayaan. Sebuah platform yang menumbuhkan semangat riset, kolaborasi, dan mentoring di kalangan perempuan ilmuwan. Para alumni FWIS kini tidak hanya melanjutkan penelitian mereka, tetapi juga menjadi mentor bagi lebih dari 1.400 peneliti muda, menciptakan efek berlipat yang memperkuat masa depan sains Indonesia. “Ke depan, FWIS akan terus menjadi ruang bagi perempuan peneliti untuk tumbuh, berjejaring, dan menginspirasi generasi perempuan peneliti berikutnya,” tutup Melanie.




































