L’Oréal Indonesia menekankan kembali komitmen jangka panjang untuk membangun masa depan yang mengutamakan nilai-nilai kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas. Masih dalam semangat Hari Perempuan Internasional, L’Oréal mengadakan diskusi #BeautyThatMoves dalam rangka International Women’s Day 2024 yang membahas pentingnya inklusivitas perempuan di tempat kerja dan memastikan adanya ruang kerja inklusif bagi perempuan. Acara yang dilaksanakan di kantor L’Oréal Indonesia ini mengetengahkan Yenita Oktora, Chief Human Resources Officer of L’Oréal Indonesia; dan Wita Krisanti, Executive Director of Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) sebagai narasumber.
Menurut data yang didapat oleh Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), ada tiga kategori tantangan yang seringkali dihadapi oleh perempuan di tempat kerja, yang pertama adalah Motherhood Penalty, konsekuensi yang dihadapi perempuan saat menjadi ibu dan tetap merawat keluarga mereka saat mereka bekerja. Kedua, Sticky Floor, hambatan eksternal dan internal yang dihadapi perempuan untuk melanjutkan jenjang karir. Terakhir adalah Glass Ceilings, hambatan bagi perempuan untuk menduduki jabatan yang strategis.
Hadir sejak 45 tahun lalu di Indonesia, L’Oréal sebagai perusahaan kecantikan #1 di dunia sangat dekat dengan topik pemberdayaan perempuan, tidak terkecuali bagi karyawannya di Indonesia. Sesuai dengan misi L’Oréal untuk menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia, L’Oréal Indonesia berkomitmen untuk menjadi people-driven company yang inklusif, inovatif, dan inspiratif.
“Kami memahami tantangan yang dihadapi perempuan dan berdedikasi untuk menciptakan ruang kerja di mana seluruh karyawan kami, termasuk karyawan perempuan, memiliki potensi yang sama untuk unggul dalam karir mereka. Berbagai upaya kami lakukan; mulai dari mencoba mengetahui tantangan perempuan di tempat kerja, kebijakan yang kami tetapkan, hingga cara kami menggerakkan karyawan demi terciptanya tempat kerja yang inklusif bagi perempuan. Saat ini, 53% dari karyawan kami adalah perempuan, dan 55% dari karyawan perempuan menduduki posisi strategis di jajaran manajerial,” ujar Yenita Oktora, Chief of Human Resources Officer L’Oréal Indonesia.
Kebijakan yang Diberlakukan di L’Oréal Indonesia
Hasil tersebut datang dari konsistensi. Upaya untuk menciptakan ruang kerja inklusif bagi perempuan tersebut sudah L’Oréal Indonesia lakukan sejak awal perjalanan karir karyawan. Perusahaan telah memberikan pelatihan tentang Diversity, Equity and Inclusivity (DEI) bagi tim Rekruter dan seluruh People Manager yang akan merekrut, serta tentunya seluruh karyawan yang baru bergabung sebagai bagian dari orientasi untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong budaya inklusivitas bagi setiap karyawan.
Selain memastikan adanya ruang kerja inklusif bagi perempuan, L’Oréal Indonesia juga mendorong inklusi dengan membantu memberikan fleksibilitas agar karyawan dapat menavigasi berbagai tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi mereka. Kebijakan yang diterapkan oleh L‘Oréal Indonesia untuk memenuhi kebutuhan perempuan di tempat kerja, termasuk di antaranya:
- Hybrid working arrangement, yang memungkinkan karyawan L’Oréal Indonesia untuk mengatur jadwal untuk bekerja dari kantor sebanyak tiga kali dalam seminggu.
- Flexible benefits program, yang memberikan tunjangan kepada karyawan di L’Oréal Indonesia yang dapat digunakan untuk keperluan karyawan seperti kesehatan, kebugaran, peralatan elektronik, donasi, peralatan rumah tangga, furniture dan berbagai keperluan lainnya.
- Maternity Leave, selama 16 minggu dan tambahan 1.5 bulan jika terjadi miscarriage.
- Paternity Leave, selama enam minggu dengan tambahan lima hari jika terjadi miscarriage.
- Caregiver Leave, selama 1-2 hari untuk membantu merawat anggota keluarga dekat yang sedang sakit.
- Substitute Leave, sebagai pengganti hari libur jika jatuh pada hari Sabtu atau Minggu.
Tidak hanya itu, menyadari kekerasan sebagai salah satu isu perempuan yang patut menjadi perhatian, pada tahun 2023, L’Oréal Indonesia juga telah meluncurkan Domestic Violence Policy atau kebijakan kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Kebijakan ini membantu penanganan dalam isu domestic violence terkait konseling dan bantuan hukum, membentuk tim satuan tugas yang diberi nama “Purple Troops” yang dilatih khusus bertugas membantu para penyintas domestic violence, cuti khusus, dan pengaturan waktu kerja yang fleksible, serta bantuan finansial darurat apabila diperlukan.
Wita Krisanti, Executive Director, Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) yang juga menjadi narasumber dalam sesi diskusi mengatakan, “Kami memberikan ruang bagi anggota perusahaan IBCWE untuk berbagi praktik baik, salah satunya L’Oréal. Dengan adanya kebijakan terkait domestic violence dari L’Oréal, kami berharap perusahaan lain juga dapat mengikuti karena kebijakan ini dapat memberikan dampak yang besar bagi para penyintas.“
Dampak Positif dari Upaya Inklusivitas
Salah satu bukti nyata dampak positif dari upaya L’Oréal Indonesia turut dirasakan oleh Yesemia Sin Oey, Corporate E-Commerce Project Manager, L’Oréal Middle East. “Sejak awal bekerja di L’Oréal Indonesia, saya selalu merasa dilibatkan dalam semua pelatihan dan inisiatif yang ada, sehingga saya merasa nyaman dan tidak ragu untuk terbuka mengenai aspirasi karir saya di L’Oréal. Sebagai karyawan perempuan, saya merasa sangat didukung oleh L’Oréal Indonesia untuk mewujudkan aspirasi saya untuk bekerja di kantor L’Oréal di negara lain tanpa diskriminasi, hingga pada akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk mobilitas internasional di L’Oréal Middle East di Dubai,” tutur Yesemia.
Selain itu, L’Oréal Indonesia berhasil meraih EDGE Certification, di mana sertifikasi tersebut diberikan kepada perusahaan yang berhasil memastikan kesetaraan upah antar gender pada karyawan, secara konsisten L’Oréal Indonesia berada di bawah ambang batas 2.5% setiap tahunnya. Sertifikasi ini memperkuat komitmen L’Oréal terhadap praktik kompensasi yang adil dan memastikan bahwa karyawan digaji secara adil tanpa memandang gender mereka.
“Kami secara aktif memantau dan mengambil langkah-langkah penting untuk mengatasi kesenjangan upah gender untuk mendorong kesetaraan dan inklusivitas gender dalam organisasi kami,“ tutup Yenita.