Satu dari tiga perempuan di Indonesia mengalami period poverty – yaitu kesulitan akses untuk mendapatkan produk kebutuhan menstruasi, fasilitas yang aman dan higienis, serta akses pengetahuan mengenai menstruasi. Period poverty sendiri disebabkan oleh kurangnya edukasi mengenai menstruasi atau kesehatan perempuan karena hal ini tidak disosialisasikan secara komprehensif di sekolah ataupun di lingkungan sosial. Akibatnya, banyak perempuan muda yang akhirnya enggan pergi ke sekolah atau tempat kerja, karena mengalami nyeri menstruasi yang parah dan tidak pernah diajarkan cara mengatasinya. Dampak jangka panjangnya, hal ini dapat memperparah ketidaksetaraan gender yang terjadi di lingkungan sosial. Nona memiliki dedikasi untuk menciptakan sebuah gerakan yang dituangkan melalui aplikasi kalender siklus menstruasi – Nona Woman, agar perempuan di Indonesia mendapatkan edukasi yang layak tentang hormon, siklus menstruasi, dan women empowerment sehingga setiap perempuan dapat lebih mengenali diri dan tubuh mereka sendiri.
Nona resmi meluncurkan aplikasi kalender siklus menstruasi atau period tracker pertama di Indonesia pada tanggal 22 November 2021. Melalui aplikasi ini, Nona ingin para penggunanya dapat kembali selaras dengan perubahan hormonal sepanjang siklus menstruasi dan benar-benar mendengarkan apa yang tubuh mereka butuhkan. Pengguna dapat memantau siklus menstruasi, mengidentifikasi pola-pola yang terjadi dalam tubuh, memahami dan memelihara tubuh, serta berbagi cerita juga pengalaman dengan sesama perempuan di Indonesia. Aplikasi yang diberi nama Nona Woman, sudah dapat diunduh secara gratis oleh pengguna iOS dan Android.
“Saya ingin setiap perempuan tahu bahwa ketidakseimbangan hormon serta pengalaman menstruasi yang tidak nyaman dapat diatasi melalui perubahan gaya hidup. Saya juga ingin setiap perempuan tahu bahwa menstruasi tidak harus menjadi sebuah pengalaman yang menyebalkan, melainkan menandakan bahwa seorang perempuan itu adalah sosok yang sehat dan kuat.”
“Ketika saya didiagnosa dengan PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) hampir 10 tahun yang lalu, saya merasa bingung dan helpless. Di kala itu, tidak ada informasi yang jelas dan tepercaya mengenai perempuan, hormon, dan siklus menstruasi. Pada akhirnya, saya meneliti banyak tentang topik tersebut dan bereksperimen dengan berbagai diet, gaya hidup, serta treatment untuk mengatasi PCOS yang saya alami. Hal ini membuat saya tidak ingin orang lain mengalami kebingungan yang dulu saya alami. Saya ingin setiap perempuan tahu bahwa ketidakseimbangan hormon serta pengalaman menstruasi yang tidak nyaman dapat diatasi melalui perubahan gaya hidup. Saya juga ingin setiap perempuan tahu bahwa menstruasi tidak harus menjadi sebuah pengalaman yang menyebalkan, melainkan menandakan bahwa seorang perempuan itu adalah sosok yang sehat dan kuat. Melalui platform Nona, saya juga berharap perempuan Indonesia bisa mendapatkan komunitas dan support system baru, serta dapat saling bertukar informasi dan pengalaman sehingga kita tidak merasa sendirian,” ujar Nicole Jizhar, Co-Founder of Nona.
Kepedulian Nona terhadap kesehatan perempuan semakin terlihat jelas melalui kampanye yang mereka usung yaitu #PeriodRevolution. Semangat Nicole dan Monica Pranatajaya (Co-Founder of Nona) untuk mendobrak pandangan sosial yang masih tabu terhadap perempuan dan menstruasi juga terpampang nyata melalui platform media sosial – Instagram, yang dimiliki Nona. Konten yang disuguhkan Nona memang bersifat kontroversial dan provokatif, namun tetap menyenangkan dan informatif. Beberapa inisiatif yang sering dijalankan Nona adalah Nona Chats dan juga Nona Tries, yang mana para pendiri mewawancarai figur perempuan inspiratif seperti Andrea Gunawan, Felicia Aluwi, dan Zoya Amirin untuk berdiskusi dan menceritakan pengalaman mereka mengenai pemberdayaan, kesehatan mental, dan isu sekitar kesehatan perempuan.
“Dari awal, saya memang sangat peduli terhadap kesehatan. Sama seperti Nicole, saya sendiri pernah melewati pengalaman buruk terkait kesehatan reproduksi saya pribadi. Selama lima tahun, saya pernah harus mengonsumsi pil kontrasepsi tanpa paham betul apa dampak buruknya bagi tubuh saya. Setelah melalui perjalanan dan proses panjang, saya akhirnya tahu dan mengerti apa masalah yang sesungguhnya terjadi pada tubuh saya. Oleh karena itu, saya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan yang saya punya kepada setiap perempuan Indonesia yang masih minim edukasi dan butuh dukungan dari sekitar,” ungkap Monica.
Nona berharap setiap perempuan dapat terhubung kembali dengan tubuhnya dan memahami apa yang mereka butuhkan. Nona juga percaya bahwa setiap perempuan wajib dan berhak mendapatkan informasi yang tepat dan tepercaya mengenai kesehatan perempuan, demi kesetaraan gender di masa yang akan datang dan kualitas hidup yang layak.
