Dalam rangkaian peringatan Hari Kanker Sedunia, para penyintas kanker payudara HER2-positif yang tergabung dalam Cancer Information and Support Center (CISC) menyelenggarakan edukasi media virtual dan forum komunitas bertajuk ‘Akses Penanganan Kanker Payudara HER2+ Stadium Dini: Tantangan dan Harapan’.
Di dalam kegiatan webinar ini, para penyintas bersama narasumber ahli berbagi pengalaman dan informasi terkait penanganan kanker payudara HER2-positif stadium dini yang sejatinya sangat berpeluang untuk disembuhkan, serta menyuarakan harapannya akan tersedianya akses pengobatan untuk kanker payudara HER2-positif stadium dini dalam program JKN yang komprehensif sesuai standar pengobatan. Terapi kanker payudara HER2-positif stadium dini yang tepat dan optimal pada JKN dapat memberikan pasien kesempatan terbaik untuk sembuh dan mengurangi risiko kekambuhan pada stadium lanjut sehingga berpotensi meringankan beban bagi pasien dan sistem kesehatan.
Berdasarkan data Global Cancer Observatory 2020 dari WHO, kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 65.858 kasus setara dengan 16,6% dari total 396.914 kasus kanker. Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyatakan besaran angka kanker untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Sekitar satu dari lima1 pasien kanker payudara di Indonesia memiliki jenis HER2-positif (Human Epidermal Growth Factor Receptor), yang merupakan salah satu jenis kanker payudara yang agresif.
Baca Juga: Sadarkah Kamu Kalau Kosmetik Kesayanganmu Bisa Meningkatkan Risiko Terjadinya Kanker Payudara?
Berdasarkan riset Penyakit Tidak Menular yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (2016) yang dilakukan pada sampel berusia 25-64 tahun di perkotaan, sebanyak 90% pasien kanker payudara di Indonesia berusia produktif antara 25-55 tahun, sehingga secara tidak langsung memiliki potensi dampak terhadap aspek sosio ekonomi masyarakat. Dampak tersebut tidak hanya menjadi beban pada tingkat keluarga tetapi juga pada sistem kesehatan secara umum. Namun, angka kesintasan lima tahun pasien kanker payudara mencapai hingga 99%2 jika ditangani secara optimal sejak stadium dini. Oleh karena itu, penanganan yang komprehensif sejak stadium dini memberikan peluang kesembuhan yang lebih tinggi bagi pasien dan berpotensi untuk mengurangi dampak sosio ekonomi masyarakat.
“HER2-positif merupakan faktor agresivitas sel kanker payudara yang diasosiasikan dengan tingkat kesintasan yang rendah. Namun, studi menunjukkan, penanganan kanker payudara HER2-positif yang optimal pada stadium dini dapat menurunkan risiko kekambuhan atau kematian dibandingkan jika mendapat kemoterapi saja. Tujuan pengobatan pada stadium dini tidak hanya untuk mengontrol penyakit tetapi juga kuratif atau mencapai kesembuhan, sehingga pasien dapat kembali menjalani kehidupannya secara produktif,” ungkap dr. Sonar Soni Panigoro, Sp.B(K)Onk., M.Epid., MARS, Spesialis Bedah Onkologi. “Saat ini salah satu terapi yang terbukti efektif pada kanker payudara HER2-positif stadium dini adalah pemberian terapi target dengan trastuzumab dan kemoterapi yang terbukti dapat meningkatkan angka kesintasan dan menurunkan risiko kekambuhan pasien. Apabila dilakukan, angka kekambuhan dapat berkurang dibandingkan pemberian kemoterapi saja. Dengan pengobatan yang optimal pada stadium dini, hal ini berpotensi untuk meringankan beban bagi pasien atau keluarga pasien dan sistem kesehatan. Kehadiran JKN telah mempermudah akses terhadap diagnosis, namun perlu juga diikuti penanganan kanker payudara HER2-positif yang komprehensif untuk meningkatkan luaran klinis terapi.”
Dari beberapa penelitian, terlihat bahwa penanganan sejak stadium dini dengan tepat dan komprehensif berpotensi meringankan beban bagi pasien kanker payudara dan sistem kesehatan, yang mana biaya total penanganan kanker payudara pada stadium II, III, dan IV adalah 32%, 95%, dan 109% lebih tinggi dibandingkan stadium I.3
Dr. Diah Ayu Puspandari, Apt., MBA, MKes Apt., seorang ahli ekonomi kesehatan dan juga seorang dosen senior di FK-KMK UGM menyatakan,“Kesehatan masyarakat perlu dilihat sebagai sebuah investasi, bukan sebagai cost (biaya). Selain deteksi dini, pemberian akses terhadap terapi yang optimal sejak stadium dini merupakan salah satu prinsip pencegahan agar penyakit tidak bermetastasis dan tidak mengalami perburukan. Saat ini di Indonesia penanganan kanker payudara di stadium dini untuk kemoterapi dan terapi endokrin sudah tercakup oleh BPJS. Dengan perkembangan teknologi yang pesat terutama dalam terapi kanker seperti halnya terapi target Anti-HER2 memberikan harapan lebih baik dalam keberhasilan terapi, yang tentu berdampak positif terhadap luaran sosial ekonomi. Hal ini memerlukan pertimbangan ekonomi kesehatan dalam penentuan cakupan manfaat dalam jaminan kesehatan. Sebuah telaah sistematis menunjukkan bahwa terapi pada kanker payudara stadium dini dengan trastuzumab dinilai cost-effective di Cina, Jepang, Singapura, dan Taiwan, artinya di negara tersebut setelah dilakukan evaluasi ekonomi diputuskan sebagai terapi pilihan. Di negara lain, seperti Thailand, pemberian trastuzumab dengan kombinasi kemoterapi juga dinilai cost-effective dibandingkan dengan kemoterapi saja pada kanker payudara stadium dini dan telah masuk dalam paket manfaat jaminan kesehatan nasional sejak tahun 2014.”
Pasien kanker payudara HER2-positif yang tergabung dalam CISC menyatakan apresiasinya atas layanan BPJS dalam membantu pasien dan penyintas kanker payudara HER2-positif dan berharap agar ke depannya akses pengobatan ini dapat disediakan oleh pemerintah secara komprehensif.
“Kami berharap ada pemerataan akses pengobatan kanker payudara HER2-positif, baik untuk stadium dini maupun stadium metastasis. Saat ini para pasien dan penyintas kanker payudara sangat terbantu dengan layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mencakup terapi inovatif untuk kanker payudara HER2-positif stadium lanjut. Alangkah baiknya pasien juga memiliki akses yang sama terhadap pengobatan inovatif dan komprehensif dalam JKN,” demikian disampaikan Aryanthi Baramuli Putri, SH., Ketua Umum CISC.
“Saya pribadi sangat merasakan manfaat dari terapi target anti-HER2 pada kanker payudara saya yang kebetulan adalah tipe triple positive atau HER2-positif. Sejak tahun 2015 saya sudah menjalani kemoterapi dan sejak November 2020 lalu saya memulai terapi target trastuzumab. Sekarang sudah berjalan lima kali dan melihat perkembangan pada diri saya sendiri, saya berharap pasien dapat merasakan manfaatnya di sistem JKN,” ungkap Nova Dhelia, S.Psi., seorang penyintas kanker payudara anggota CISC, yang saat ini sudah masuk stadium metastatik dan menggunakan terapi trastuzumab.
Pengalaman Nova hanya satu dari ribuan pasien kanker payudara di Indonesia. Karena itu, CISC sangat berharap agar akses penanganan ke depannya dapat lebih merata dan komprehensif. “Kita semua tentu ingin agar pasien dan penyintas kanker payudara mendapatkan peluang ‘sehat’ dan produktif, agar dapat terus berkontribusi di keluarga dan masyarakat. Karena itu, kami mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam mendukung pemerataan akses penanganan kanker payudara HER2-positif stadium dini, baik dari segi pengobatan maupun pembiayaan, demi mencapai Indonesia yang lebih sejahtera,” tutup Aryanthi.
1 N Pathmanathan et al Asia-Pac J Clin Oncol 2016
2 Cancer Stat Facts. https://seer.cancer.gov/statfacts/html/breast.html. Accessed on 15 February 2021
3 Sun. PLoS One. 2018; 13(11): e0207993. Sun. PLoS One. 2018; 13(11): e0207993