HomeHair3 Keseruan Bekerja Di Brand Kecantikan Yang Tak Banyak Orang Tahu

3 Keseruan Bekerja Di Brand Kecantikan Yang Tak Banyak Orang Tahu

Bertahun-tahun bergelut di dunia media kecantikan, kami menangkap ada semacam pemahaman bersama di kalangan para editor kecantikan, bahwa jenjang karier yang banyak dituju para mantan beauty editor adalah bekerja di brand kecantikan. Karier yang makin memuaskan passion dan kecintaan ❤️ akan dunia kecantikan (“Wah, senangnya bisa ‘bermain-main’ dengan makeup 💄 dan skincare 💆 setiap hari”), apalagi dengan benefit yang (mungkin) lebih menjanjikan dibanding bekerja di industri media.


Bukan cuma bisa mencoba produk kosmetik atau perawatan kecantikan terbaru di tempat kerja. Ternyata bekerja di brand kecantikan pun memiliki tiga keseruan lainnya yang tak banyak orang tahu. Bikin penasaran kan ya?! Yuk kita simak bareng-bareng:

1. Berpartisipasi Aktif Dalam Program Conscious Living Untuk Berbuat Baik Kepada Lingkungan Sekitar

Perusahaan Procter & Gamble (P&G) yang terkenal melalui beberapa merek kecantikan ikonis, seperti Pantene, Head & Shoulders, Rejoice, Herbal Essences, SK-II, hingga Olay, telah dan terus melaksanakan program Conscious Living P&G Indonesia bagi para stakeholders, termasuk pada para karyawan P&G Indonesia.

Hal ini dilatarbelakangi dari permasalahan sampah plastik yang masih terus menjadi perhatian dan menjadi masalah yang belum terselesaikan. Melansir data dari ourworldindata.org bahwa hanya enam persen atau sekitar 500 juta ton sampah plastik yang diproses untuk daur ulang, sehingga diperlukan peran serta dan komitmen semua pihak guna menjaga kelestarian dan keberlanjutan ekosistem di bumi.


Karena itulah, salah satu kiat P&G Indonesia untuk meningkatkan kesadaran para stakeholders adalah melalui program Conscious Living ini yaitu program berkelanjutan yang mengkolaborasikan upaya bersama dari tiga pilar P&G di Indonesia, yakni:

1. Inovasi produk dan merek terdepan P&G yang melangsungkan prinsip responsible consumption. Beberapa yang telah dilaksanakan di Indonesia seperti pengurangan plastik pada kemasan sachet serta penggunaan recycle sampah plastik dari laut untuk kemasan sampo (mulai diperkenalkan di tahun 2021).
2. Upaya keberlanjutan menyeluruh (End-to-end Sustainability Efforts) yang dilakukan di pabrik P&G di Karawang melalui, misalnya: efisiensi penggunaan air, listrik, dan energi dalam kegiatan sehari-hari di pabrik, hingga konsisten dalam menerapkan zero waste to landfill.
3. Mengintegrasikan kegiatan keberlanjutan di bidang sosial dan lingkungan, melalui penerapan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) di lingkungan tempat karyawan tinggal.

Ketiga upaya di atas ditargetkan untuk berlangsung selama dua tahun ke depan dan senantiasa berkembang seiring dengan kebutuhan saat ini. Di awal peluncurannya, Conscious Living akan difokuskan kepada poin nomor tiga, yaitu penerapan konsep 3R guna meningkatkan kesadaran karyawan.


Head of Corporate Communications P&G Indonesia, Dinda Kusumawardani mengungkapkan,“Bekerja dari rumah bukan berarti kita berhenti berbuat baik, terutama berbuat baik kepada lingkungan sekitar. P&G Indonesia Conscious Living merupakan wujud nyata perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab berkelanjutan yang memberikan dampak berarti bagi bumi sekaligus komunitas di sekeliling kami. Karyawan P&G merupakan sasaran paling tepat untuk membangun sadar lingkungan bersama, sembari perusahaan terus berinovasi menghadirkan produk yang makin ramah lingkungan.”

Dukungan Conscious Living yang diberikan P&G untuk karyawannya berupa training atau workshop mengenai pentingnya konsep dan penerapan 3R, pelayanan logistik pemilahan dan pengangkutan sampah anorganik dari rumah karyawan. Program ini merupakan kerjasama P&G Indonesia dengan mitra eco-living P&G Indonesia yaitu Waste4Change.

Untuk di fase awal, sebanyak 50 karyawan P&G berkesempatan untuk “walk the talk” konsep 3R, serta berbuat baik dengan membantu proses pengolahan sampah anorganik menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Fase pertama Conscious Living ini akan dilaksanakan hingga Juni 2021 dan memiliki target pengumpulan sampah sebanyak 2,8 juta ton atau setara dengan 56 kilogram sampah anorganik. Adapun yang termasuk dari sampah anorganik terbagi menjadi dua kategori yakni sampah kertas (karton, kertas, kardus) dan sampah non kertas (kaleng, beling, plastik, dan besi).

Pemilahan sampah langsung dilakukan dari rumah karyawan masing-masing yang saat ini lokasinya berada di area Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Setelah itu dilakukan proses pengangkutan sampah sebanyak dua kali seminggu, untuk dibawa ke Material Recovery Facility milik Waste4Change. Hal ini untuk memastikan kembali bahwa sampah yang telah diangkut dan dipisahkan masih dapat diolah dan disalurkan kepada Recycling Partners untuk didaur ulang (recycle).


Produk hasil daur ulang selanjutnya dapat digunakan oleh para pelaku usaha maupun industri sebagai keperluan bahan baku produk. Sedangkan, untuk residu sampah yang tidak bisa didaur ulang, produknya akan disalurkan ke industri semen. Melalui upaya program ini, kuantitas sampah yang disalurkan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) akan berkurang.

Dinda menambahkan,“Kami akan memonitor dan mengevaluasi kegiatan ini secara berkala sehingga untuk ke depannya bisa memperluas skala layanan ke pemangku kepentingan lainnya. Conscious Living diharapkan dapat menjadi salah satu sumber kekuatan untuk menciptakan lingkungan yang tumbuh seimbang dan berkesinambungan: force for good, force for growth.” Bekerja di brand kecantikan seperti P&G ternyata punya nilai lebih yang mulia ya, BeautyBabes?!

2. Jadi Bagian Otoritas Penentu Tren Warna Dunia

Tahukah kamu kalau di balik tren warna dunia yang jadi kiblat fashion dan kecantikan global, ada nama besar brand kecantikan Indonesia di sana? Keren 🤩 ya?! Yes, ini karena dimulai untuk tren 2020, Martha Tilaar Innovation Centre (MTIC) sebagai perwakilan Indonesia, telah menjadi bagian dari otoritas penentu tren warna dunia.

Tren warna dunia sendiri dikeluarkan oleh Intercolor, sebuah platform yang diinisiasi oleh pakar warna internasional yang dibentuk pada tahun 1963 dan beranggotakan kelompok ahli warna dari berbagai disiplin, mewakili asosiasi nasional dan konsultan yang bekerja untuk pemain global dalam industri kosmetik, otomotif, tekstil, fashion, dan desain produk. Intercolor merupakan lembaga yang sangat independen.

MTIC sendiri sudah resmi diterima menjadi anggota ke-17 Intercolor di tahun 2018 dan tidaklah mudah untuk bisa menjadi anggota Intercolor yang saat itu terdiri dari 16 negara dari Eropa, Amerika, dan Asia.

Prestasi ini terwujud berkat perjuagan MTIC yang dipimpin Kilala Tilaar sebagai Corporate Creative Innovation Director. Presentasi Kilala, yang biasa dipanggil Kiki, dengan MTIC-nya rupanya berhasil meyakinkan para anggota Intercolor yang berasal dari Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Korea, Cina, Swiss, Inggris, Finlandia, Spanyol, Portugal, Italia, Hungaria, Thailand, Jerman, Turki, dan Denmark.

“Masuk ke Intercolor itu susah banget. Negara-negara Eropa Barat awalnya memandang sebelah mata Indonesia. Begitu kami datang untuk presentasi, kami serahkan buku yang menjelaskan bahwa kami telah menggeluti warna sejak 48+ tahun silam dan bahwa bisnis kami bukan melulu mencari untung, melainkan juga tanggap terhadap isu lingkungan, memperhatikan bagaimana kelangsungan hidup, dan perkembangan untuk masyarakat luas. Mereka baru mulai melihat kehebatan MTIC,” ungkap Kiki.

Selain itu, Intercolor melihat nilai lebih dari yang MTIC lakukan dalam menggali dan mengembangkan alam Indonesia sampai saat ini. Apa yang dilakukan MTIC disebut “Bioprospecting”, yaitu pengembangan dan pelatihan para petani dan kerja sama yang dilakukan di banyak daerah. Jadi bisa dibayangkan betapa kaya sumber informasi yang akan menjadi insight di dalam proses penentuan tren warna.

Dengan masuknya Indonesia ke organisasi Intercolor, maka ini mempunyai dampak positif bagi perkembangan industri kosmetik Indonesia yang berpenduduk 270 juta jiwa. Melalui MTIC, Indonesia yang memiliki kekayaan (dari jumlah penduduk, pulau, suku bangsa, dan bahasanya) dan sumber daya alam yang luar biasa, pastinya menjadi sumber inspirasi yang sangat kaya bagi tren warna dunia. Energi Indonesia tersebut diserap untuk dituangkan dalam bentuk warna-warna yang diusulkan ke Intercolor.

Lalu, bagaimana tim MTIC sebagai para ahli yang bekerja di brand kecantikan ternama, berkolaborasi dalam proses penentuan tren warna dunia? Begini prosesnya:

View this post on Instagram

A post shared by thomas hill (@nordwind2015)

  • Proses penentuan tren warna dilakukan dua tahun sebelumnya, yang mana Intercolor sudah menentukan tema besar yang sudah disetujui melalui kongres untuk menjadi dasar bagi masing-masing anggota atau negara untuk mengembangkan ide. Setiap tahun, Intercolor bertemu dua kali untuk menentukan tren warna dua tahun ke depan. Di bulan Mei untuk brainstorming Spring/Summer dan November untuk Autumn/Winter.
  • Masing-masing negara akan mengembangkan empat moodboard yang merupakan tema turunan dari tema besar, yang mana harus dilakukan berdasarkan riset yang kuat, update tren, dan brainstorming untuk bisa dipresentasikan ke kongres.
  • Di kongres, semua moodboard akan di-review oleh semua anggota dan masing-masing akan memberikan penjelasan atau interpretasi dari moodboard tersebut.
  • Semua akan dicocokkan dan dibuat suatu konsensus bersama mengenai hasil tren warnanya. Sehingga akhirnya terciptalah sebuah tren warna yang akan disosialisasikan untuk dipakai sebagai acuan tren warna dunia di tiga industri yaitu tekstil, kosmetik, dan otomotif.

3. Mendapat Perpanjangan Durasi Cuti Berbayar Bagi Ayah


Sekali lagi, Procter & Gamble (P&G) memberikan contoh nyata bagaimana serunya bekerja di brand kecantikan. Seperti yang kita semua tahu, tidak dapat dimungkiri bahwa besar tantangan yang harus dihadapi oleh seorang ibu dari sejak kehamilan hingga pascamelahirkan, terlebih di masa pandemik seperti sekarang. Dampingan dan dukungan ekstra dari keluarga terutama dari sang ayah sangatlah penting utamanya dalam masa penyembuhan, penyesuaian, dan untuk kesejahteraan emosional sang ibu.

P&G menyadari bahwa karyawannya merupakan prioritas utama dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan. Tidak hanya berperan sebagai profesional, karyawan juga berperan sebagai orang tua. Dan sebagai orang tua, ayah dan ibu punya peran yang sama untuk terlibat dalam pengasuhan anak.

Di awal 2019 sendiri, P&G Indonesia menetapkan cuti berbayar selama empat minggu untuk para ayah yang baru saja memiliki anak; di samping cuti berbayar untuk ibu selama 3,5 bulan dengan opsi memperpanjang hingga 6,5 bulan.

P&G merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memiliki kebijakan tersebut, yang mana hal ini dilakukan untuk mendukung peran utama karyawan sebagai orang tua. Dengan kebijakan ini, karyawan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas mereka.

Konsistensi perusahaan untuk berinovasi dalam penetapan kebijakan benefit bagi karyawannya, merupakan nilai tambah dari P&G, terutama dalam aspek inklusifitas dan kesetaraan para karyawan.

Mengawali tahun 2021, P&G kembali berinovasi dengan serentak secara global menetapkan kebijakan cuti ayah yang terbaru. Efektif per Januari 2021, durasi cuti berbayar ayah (paid paternity leave) kini menjadi delapan minggu. Kebijakan ini dilakukan agar karyawan laki-laki memiliki waktu berkualitas yang lebih lama bersama keluarga. Durasi cuti yang lebih lama ini memberikan orang tua kesempatan yang sama dalam rumah tangga, terutama dalam proses pengasuhan.

Selain cuti paternitas delapan minggu untuk ayah, P&G juga telah menerapkan beberapa kebijakan dan memberi dukungan dalam menerapkan kesetaraan dan inklusifitas para karyawannya. Di antaranya: cuti melahirkan berbayar dari 3,5 bulan dengan opsi memperpanjang hingga 6,5 bulan, penyediaan ruang laktasi yang layak, menyediakan tempat penitipan bayi di tempat kerja untuk memberikan pengaturan yang lebih mudah bagi para orang tua bekerja, menyediakan Lollyland yakni pop up day care setiap tahun selama pra dan pascamusim Lebaran untuk mengakomodasi kebutuhan karyawan selama absen bantuan para pekerja rumah tangga atau perawat di musim Lebaran.

Ilham Maulana selaku Head of Human Resources P&G Indonesia menuturkan,“Kami berkomitmen teguh untuk memanfaatkan keragaman dan inklusifitas dalam berinovasi dan bertumbuh di seluruh lingkup bisnis. Saat perusahaan membangun tempat kerja yang inklusif, karyawan akan dapat melakukan pekerjaan dengan sangat baik. Keterlibatan karyawan dan keterikatan dalam lingkup pekerjaan akan membawa dampak positif.”


Dampak positif diberlakukannya cuti ayah dirasakan langsung oleh salah satu karyawan P&G, Muhammad Farhan selaku Jakarta Plant Fabric Care Operation Department Leader. Pada bulan April lalu, Farhan dan istrinya baru saja memiliki anak pertama dengan kondisi persalinan yang tidak terduga dikarenakan bayi lahir pada usia prematur dan harus dirawat di ruang NICU selama 1,5 bulan.

Kondisi tersebut menjadi semakin menantang karena pandemik COVID-19 yang mana Farhan dan istrinya tidak dapat mengunjungi bayinya secara teratur. Farhan dan istrinya juga merasa tertekan dengan minimnya dukungan keluarga yang terbatas karena adanya regulasi PSBB, serta mobilitas yang sangat menguras waktu dan tenaga antara tempat tinggalnya dan rumah sakit tempat bayinya dirawat.

Namun selama berada di periode tersebut, Farhan dan istrinya sangat bersyukur telah menjadi bagian dari keluarga P&G. Pasalnya, Farhan dan istrinya mendapat dukungan penuh dari rekan-rekan hingga tim kepemimpinan. Farhan dan istrinya juga mendapat dukungan penuh dari tim medis P&G mulai dari dokter hingga psikolog untuk menunjang kesejahteraan fisik dan mental.

“Kami sangat senang karena tidak hanya istri saya yang mendapat total cuti hamil 6,5 bulan, tapi juga untuk saya sebagai seorang ayah. Saat itu, saya mendapat satu bulan cuti berbayar. Cuti ayah (paternity leave) di P&G berbeda dibandingkan dengan perusahaan lain. Perusahaan bahkan mendukung saya untuk memperpanjang cuti dan menggunakan pengaturan kerja, flex@work. Cuti ayah ini sangat luar biasa membantu kami selama bayi kami berada dalam proses perawatan NICU dan di fase transisi,” ujar Farhan.

So, apakah tiga keseruan di atas makin membulatkan tekadmu untuk bekerja di brand kecantikan, BeautyBabes?

Dewi Rokhmawati
Dewi Rokhmawati
Beauty should be practical and easy breezy. Especially for someone like me who is mager berat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RECENT POST

- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_img

Beauty A to Z